Monday 8 September 2014

Renungkan (3)

Beberapa hari ini, bahkan beberapa bulan ini semoat mengalami hal-hal yang dahsyat. Mengetuk nurani. Menggores dinding hati. Lalu ditaburlah garam keatas luka goresan. Perih. 


Terkadang juga Tuhan menyisipkan beberapa kebahagiaan yang bisa aku bilang sesaat saja. Semua silih berganti. Layaknya semesta yang bisa kapans aja berubah. Aku paham Tuhan sedang bermain-main dengan keikhlasanku. Dia selalu menguji, Dia selalu memberiku kesempatan untuk mengulang sesuatu. Atau mungkin aku yang tak mampu berhenti. 

Takdir-Nya memang misteri. Aku tak pernah tahu dan tak pernah sabar menunggu hikmah apa saja yang akan aku dapatkan. 
Orang bilang, "sabar, semua ada hikmahnya." Lalu, aku menunggu...

Maha Besar Allah dengan segala kebesaranNya hingga mampu membolak-balikkan hati manusia. Aku hanya sedikit tak terima mengapa harus ada orang yang menyakiti? kemudian ada yang disakiti. Lantas menunggu kapan serta ganjaran apa yang pantas untuk orang yang menyakiti. Karena betapa besar sakitnya -disakiti jika orang tersebut jauh dari rasa ikhlas memaafkan.

Beban terberat adalah rasa ikhlas dan sabar menunggu apa hikmahnya.

Siang ini aku membaca postingan Falla Adinda di blognya yang berjudul Pilihanku Untuk Berdoa Sesuai Keyakinanku. Cukup menarik. Dan memang aku sungguh sangat senang membaca blognya.

Isi postingan tersebut membuatku dapat menghela nafas yang sedari kemarin sesak rasanya. Sedikit lega, entah mengapa. 

Terlebih ini....
Tuhan itu penuh misteri, tapi aku tau, Tuhan penuh romantisme. Aku yakin sebagai orang beriman, Tuhan senang dipuja, Tuhan senang dipuji, dirayu dan diminta dengan manis. Maka begitulah caraku berdoa sesuai keyakinanku. Ku puja Ia, ku sapa Ia dengan panggilan yang baik, ku rayu Ia. Seperti seorang anak kecil yang merengek lolipop ke ayahnya, seperti seorang kekasih yang meminta pujaannya agar tersenyum kembali.
 Aku harus pandai merayu Tuhan, dalam setiap doa dan tingkah lakuku. (Mungkin) hanya itu.

0 comments:

Post a Comment