Postingan ini lebih spesifik lagi dari postingan sebelumnya yang berjudul pindahan. Disini aku bakal lebih mengulas mengenai suka duka awal hidupku di Kota Pontianak.
Dimulai dari tanggal 2 Februari 2014 aku hidup sendiri, mandiri, alias nge-kos. Kira-kira satu minggu sebelumnya aku sudah dibuat pusing dalam hal mencari tempat kos di sekitaran Kantor Walikota Pontianak. Aku memang memilih tempat tinggal dekat dengan kantorku bekerja. Bisa jalan kaki, hemat. Terlebih aku belum memiliki kendaraan pribadi. Sesuai rencana motor di Klaten akan dijual, lalu aku belikan motor bekas disini yang kata orang-orang murah disini.
Diantar sepupu, aku mulai mengitari sebuah pemukiman di belakang kantor walikota. Tanya, tanya, dan tanya. Aku melalu terperangah, terperanjat, terkaget-kaget, entah apalagi istilahnya, melihat kondisi kos'an yang aku temui begitu kumuh (padahal di kota), bebas (putra-putri) dan tentunya sangat mahal. Dijogja saja 200rban sudah dapet bagus ya. Tapi tidak disini, kos bebas dan kumuh saja 300rban. Aku sempat lemas dibuatnya. Bagaimana aku bisa tinggal dan hidup dalam keadaan lingkungan seperti ini??
Sudah lelah mencari, hari semakin terik. Pada akhirnya aku menemukan kos yang lebih ekslusif. Baik, saya jelaskan dulu. Exclusive disini tak se-exclusive di Jogja ya. Kos'an ini lumayan berbentuk kos'an tidak seperti rumah-rumah kumuh yang saya jumpai sebelumnya. Terdiri 18 kamar, 2 lantai. Sebagian besar ber-AC. Menurut info dari tetangga kos ini, kamar non AC 500rban. What?!!! Oke, aku putuskan untuk pulang. Toh si pengelola sedang tidak di tempat. Aku berpikir tak perlu terburu-buru. Mungkin ada yang lebih murah tapi tetap bagus.
Semakin mendekati hari H kerja dan adanya perasaan ngga enak kalau hidup numpang om dan bulek, aku putuskan untuk mendatangi kembali kos tersebut, bertemu dengan pengelolanya, dan DEAL! Kamar mini ukuran 3x3 isi springbed, almari+kaca (lumayan besar), kipas angin dinding yang besar, free listrik dan air deal dengan harga 550.000/bln.
Oke, mungkin ini sudah harga yang wajar. "Ini Kalimantan, bukan Jawa.", gumamku menyadarkan diriku sendiri yang mungkin lupa akan keadaan sekarang. Sedikit nilai plus, tempat ini lebih nyaman lagi karena hampir semua penghuni kos orang rantauan dari Jawa. Berasa tetanggaannya gampang lah ya adaptasinya. Pengelolanya pun ramah. Alhamdulillah.
0 comments:
Post a Comment